20160827

Libatkan Pelajar untuk Perangi Rokok dan Narkoba

Saat ini ditengarai banyak kalangan pemuda yang terjerat perilaku hidup kurang sehat. Rokok, narkotika dan zat psikotropika lainnya (napza) serta penularan human immunodeficiency virus (HIV)/ acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) menjadi ancaman nyata bagi generrasi penerus bangsa ini.

Untuk itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) kota Jogjakarta berinisiatif memberdayakan kalangan pelajar guna mengkampanyekan hidup sehat. "Kami menilai, generasi muda ini memiliki potensi sekaligus merupakan ancaman terkait tiga hal tersebut. Sebab, dalam piramida kependudukan, jumlah mereka cukup mendominasi diantara rentang umur yang lain," kata Feri Edi Sunantyo, Kepala Seksi Promosi dan Pengembang Kesehatan Dinkes Kota Jogjakarta di sela kegiatan lomba orasi mengenai pencegahan rokok, napza, dan HIV/AIDS di Yogyakarta.

Perangi Rokok dan Narkoba


Salah satu fenomena yang kerap terjadi adalah banyaknya pelajar yang sudah kecanduan rokok. Selain itu, kotribusi para guru yang juga menghisap tembakau di sekolah merupakan tindakan kurang patut. Hal itu bisa menjadi preseden buruk dimana sekolah seharusnya memberikan pembelajaran bagi murid, termasuk tingkah laku.

Baca http://www.tacconellis.com/2016/07/22/tips-merawat-rambut-rusak-dan-rontok-dengan-telur/

Melalui lomba tersebut, Dinkes ingin para pelajar ambil bagian guna menyelamatkan generasinya. Feri memandang, mereka cenderung bisa lebih memahami dunianya, sehingga para calon kader tersebut akan lebih mudah masuk dan mengajak temannya berperilaku hidup sehat.

Sebanyak 30 pelajar beradu kemampuan mengagitasi. Mereka berasal dari SMP dan SMA sekota Jogjakarta. Dihadapan penonton yang merupakan suporter dari kontestan, para orator mengeluarkan seluruh potensinya guna mendapatkan gelar terbaik.

Feri menjelaskan, pemenang akan mendapatkan trophi dan uang pembinaan dari pemkot. "Mereka dipilih tiga terbaik dari kategori SMA dan SMP. Hadiahnya berupa uang pembinaan mulai Rp 1 juta, Rp 750 ribu, dan Rp 250 ribu," imbuhnya.

Tak hanya itu, Feri menjelaskan, bagi pemenang yang berdomisili di kota Jogja, mereka akan diberdayakan pada organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang ada. Seperti karang taruna atau lembaga pemberdayaan masyarakat yang lain. Sehingga, para kader tersebut bisa memiliki peran ganda, yakni di sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya.

Salah satu peserta lomba Elisabeth Dwi Anggraeni mengaku sedih jika melihat rekan sebayanya sudah kecanduan rokok. Menurutnya, efek buruk dari lintingan tembakau itu tak juga membuat para penghisapnya takut. "Ya sedih. Kenapa harus merokok. Padahal kan jelas-jelas itu tidak menyehatkan," kata siswi SMA Negeri 2 Yogyakarta itu.

Lihat juga http://www.updi.org/sulitkah-membangun-pernikahan-bahagia/

Dia berharap bisa ambil bagian mengkampanyekan hidup sehat, salah satunya dengan menghentikan kebiasaan merokok. Rasa simpati terhadap kenyataan banyaknya pelajar yang sudah merokok membuatnya mantap berlomba di ajang tersebut. "Saya ingin sekali bisa mengajak teman-teman dan pemuda di lingkungan saya agar berhenti merokok. Sebab, dari pengalaman yang sering saya jumpai, efek negatifnya akan datang dalam jangka panjang. Kenapa tidak mencintai diri sendiri dengan berperilaku hidup sehat saja," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar